Penulis

Buku Putih Koran Pak Oles ditulis oleh Beny Ule Ander, jurnalis Koran Pak Oles. Sebuah "saripati" eksistensi koran sebagai media informasi yang mengedukasi pasar, konsumen dan branding perusahaan.
Kontak penulis di email aktif: benyuleander@gmail.com

KAWASAN TEMPUR

KAWASAN TEMPUR

Senin, 07 Januari 2008

VIII Bravo Koran Pak Oles


Koran Pak Oles lahir dari sebuah kreativitas seni mengelola media secara independen. Artinya, media tersebut dikelola secara mandiri dan gratis. Tentu saja hal ini merupakan jurus menejemen media yang benar-benar baru, yaitu dari kita untuk kita dan oleh kita. Yang dimaksud dengan kita di sini adalah keluarga besar olesmania, konsumen dan penggemar setia ramuan Pak Oles.

Koran Pak Oles pertama kali hadir dalam bentuk kecil dan sederhana, yang pada awalnya adalah hasil dari riset pasar coba-coba. Pemikiran praksis membangun media ini diterapkan untuk menjawab tantangan perusahaan induknya PT Karya Pak Oles Tokcer, yaitu bagaimana caranya untuk mengedukasi pasar sehingga pencitraan dan pemasaran Ramuan Pak Oles bisa meningkat dan dipertahankan.

Dari segi nama, Koran Pak Oles memiliki nama yang unik, mungkin terunik di dunia, karena mengusung nama produk, nama orang dan nama perusahaan yang membidangi. Dari segi nama perusahaanpun belum ada nama perusahaan yang bernama dengan kata: Pak, Oles dan Tokcer. Pada awalnya nama Koran Pak Oles memang aneh didengar bukan saja oleh masyarakat pembacanya, tapi juga oleh wartawan Koran Pak Oles dan seluruh karyawan Pak Oles. Dengan kesabaran dan ketekunan, Pak Oles menjelaskan visinya membangun media ‘’nyentrik’’ ini, akhirnya nama koran Pak Oles diterima di hati masyarakat.

Dalam tiga tahun pertama, banyak wartawan yang menangis gara-gara dilecehkan nama korannya oleh narasumber dan rekan-rekan wartawan media lain. Bahkan ada narasumber dari universitas, lembaga penelitian dan eksekutif perusahaan menutup rapat pintunya agar tidak ditemui oleh wartawan Koran Pak Oles, karena takut namanya jeblok gara-gara menjadi narasumber di koran picisan. Tentu saja, hal ini menjadikan banyak wartawan Koran Pak Oles menjadi stres, frustasi, patah semangat dan muntaber (mundur tanpa berita). Bahkan ada beberapa pengamat media dari eksekutif perusahaan dan profesor perguruan tinggi mengatakan, perusahaan Pak Oles bisa gulung tikar karena melakukan bisnis media yang visinya tidak jelas. Ada juga yang mengusulkan untuk mengubah nama Koran Pak Oles menjadi nama lain selain nama Pak Oles yang memiliki nilai jual dan logika yang lebih baik. Tentu saja hal itu hanya ditanggapi dingin oleh Pak Oles, sambil mengumpat dalam hati: “Sialan lu....!

Untuk membalas komentar miring dari pengamat-pengamat media yang tidak berpengalaman dalam mengelola media, atau ledekan-ledekan kecil dari wartawan-wartawan lain yang menciutkan nyali wartawan Koran Pak Oles, atau untuk membuka pintu wellcome dari nara sumber, Pak Oles membuat jurus baru dengan meningkatkan oplah korannya menjadi 220 ribu eksemplar dan mencantumkan motto koran menjadi “Jangan Anggap Enteng, terbit 220 ribu eksemplar dan tersebar ngacak di seluruh Indonesia.” Tentu saja hal ini membuat pengelola media lain membelalakkan mata dan mengunci mulut para pengamat media dan wartawan -wartawan lain menjadi tidak berkomentar lagi.

Koran Pak Oles ibarat magma di dalam perut gunung berapi, yang terlihat hanya berupa semburan uap-uap panas di atas puncak gunung, karena sebaran dan daya penetrasi informasi ke pembaca yang sangat luas dan dalam, tapi panasnya sudah dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat di bawah gunung berupa mata air-mata air yang panas dan tersebar ngacak. Air panas yang keluar melalui lapisan magma berupa informasi yang dapat menyehatkan masyarakat pembacanya. Media lain dan pengamat mungkin boleh saja menyangkal keberadaan Koran Pak Oles karena mereka melihatnya dari atas bukan dari bawah. Sama halnya dengan mereka yang menyangkal keberadaan aktivitas magma di dalam perut gunung berapi, sebaliknya masyarakat telah menikmati pancaran air panas dari ribuan mata air yang mengalir di bawah gunung.

Pertanyaan yang susah dijawab dengan benar pada tahun-tahun pertama beredarnya Koran Pak Oles adalah apakah Koran Pak Oles diterima oleh pembaca di masyarakat luas. Jawabannya bisa ya atau tidak. Koran Pak Oles diterima karena memang sampai pada tangan pembaca, dan juga bisa tidak diterima karena walaupun sampai di tangan pembaca tetapi tidak dibaca bahkan mungkin dibuang percuma. Untuk rekan-rekan wartawan yang kurang militan atau nyalinya kecil pastilah ngeri jika mendapatkan jawaban yang negatif, karena kerja kerasnya merasa tidak dihargai, atau merasa dirinya kurang berharga. Tapi sekali lagi dengan tegas Pak Oles menjawab pikiran negatif yang ditakuti oleh rekan wartawan. Sekali lagi Pak Oles menegaskan bahwa, “Koran Pak Oles memiliki pembaca setia di masyarakat, yaitu masyarakat pemakai setia Ramuan Pak Oles yang tersebar di seluruh Indonesia. “ Rupanya jawaban abstrak yang diberikan oleh Pak Oles tujuh tahun yang lalu menjadi kenyataan, bahwa dengan semakin berkembangnya pemasaran Ramuan Pak Oles di berbagai propinsi di Indonesia selalu diikuti dengan semakin meningkatnya oplah Koran Pak Oles.

Sampai tahun 2007, penyebaran pembaca Koran Pak Oles mencakup wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Bogor, Bandung, Sumedang, Cimahi, Tasik, Jogjakarta, Magelang, Muntilan, Salatiga, Surabaya, Malang, Gresik, Lamongan, Sidoarjo, Pasuruan, Kediri, Mojokerto, Pamekasan, Genteng, Banyuwangi, Jember, Lumajang, Jombang, Bondowoso, Probolinggo, Situbondo, Bali, Mataram, Sumbawa, Bima, Makassar, Lampung dan Bontang.

Dengan sistim distribusi yang kuat, karena didukung oleh tim pemasaran Ramuan Pak Oles yang jumlahnya mencapai 2.000 orang, maka bukanlah hal yang sulit untuk menyebarkan Koran Pak Oles dalam jumlah 220.000 eksemplar selama limabelas hari, yaitu masing masing orang cukup hanya menyebarkan koran sejumlah 7,3 eksemplar per hari. Masalahnya adalah bukan pada bagaimana cara menyebarkan korannya, tetapi bagaimana membentuk tim pemasaran yang kuat dalam jumlah 2.000 orang itu. Tim pemasaran yang kuat dibentuk melalui proses rekruting, pelatihan dan motivasi yang terus menerus. Dengan demikian secara bertahap akan terbentuk agen-agen pemasaran yang kuat. Tentu saja hal ini harus didukung oleh produk yang kuat, yaitu produk yang bermanfaat, mudah didapat dengan harga yang terjangkau.

Dengan semakin meningkatnya usia Koran Pak Oles, dia menjadi semakin profesional dalam mengelola informasi dan sumber dayanya. Informasi yang dikelola tetap fokus pada berita-berita yang dalam dan analisa yang sifatnya tidak basi. Penulis-penulis opini yang berkualitas datang menyumbangkan tulisannya melalui fasilitas internet. Setiap dua minggu masuk lebih dari 50 judul tulisan berkualitas dengan berbagai tema, sedangkan daya muat rubrik opini Koran Pak Oles hanya mencapai 8 buah tulisan setiap kali terbit. Tentu saja persaingan tulisan opini menjadi semakin tajam untuk bisa muncul di Koran Pak Oles. Hal ini justru meningkatkan kualitas penulis dan kualitas Koran Pak Oles di mata masyarakat pembaca. Sumber daya manusia yang merupakan think-tank Koran Pak Oles juga secara terus menerus ditingkatkan melalui proses perekrutan, pelatihan, motivasi dan memperbaiki diri secara kontinyu melalui proses belajar.

Perjalanan panjang dalam mengelola informasi melalui Koran Pak Oles baru dirintis. Hutan belantara yang harus dirabas untuk mengantarkan Ramuan Pak Oles ke dalam rimba pemasaran masih sangat lebat. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kemudian. Tapi setidak-tidaknya Koran Pak Oles merupakan obor penerang, kompas, alat perabas, jimat dan senjata pamungkas tim pemasaran Ramuan Pak Oles untuk mengantarkan produknya dengan selamat di tangan konsumen. Koran Pak Oles juga merupakan selembar surat dan salam dari Pak Oles kepada olesmania yang tersebar di seluruh Indonesia. Sekali lagi, perjalanan masih sangat panjang. Sekali layar terkembang, pantang langkah surut. Jangan tanggung, jangan kepalang. Bravo Koran Pak Oles......!

Keterangan foto: KPO diedarkan SPG Ramuan Pak Oles setiap hari di 7 propinsi dan menjadi bacaan alternatif soal pertanian organik, kesehatan herbal dan pengembangan industri otomotif yang ramah lingkungan.


Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman