


Keuntungan; lebih praktis, anggaran bisa disesuaikan. Kerugian; informasinya belum tentu menciptakan pasar karena tidak tepat media, tidak tepat informasi dan tidak tepat sasaran. Untuk mengelola informasi dengan media sendiri, perusahaan harus memiliki divisi dan SDM humas, harus memiliki anggaran informasi yang jelas dan siap membangun system distribusi media secara tepat sasaran.
Untuk memenuhi syarat tersebut banyak perusahaan yang nyalinya ciut, karena ketiga syarat tersebut jelas membutuhkan uang, akal dan nyali lebih. Karena sekali media terbit, harus terus terbit sampai mati. Mengelola media ibarat berenang di laut dalam. Kaki dan tangan harus bergerak terus mengayuh air sampai tujuan, atau berhenti di tengah jalan, dan mati tenggelam.
Rupanya syarat kejam yang harus dilalui dalam mengelola media tidak menciutkan nyali Pak Oles untuk mewujudkan ide membangun media. Koran Pak Oles dibangun untuk memberitakan informasi indepth and evergreen,—berita yang ditulis mendalam dan tidak mudah basi, yang bisa dibaca kapan saja karena dikaji berdasarkan pendalaman materi. Tentu, berita yang disaji membutuhkan kajian dan wawasan luas dari para wartawan. Dalam setiap kesempatan, Pak Oles selalu menekankan pentingnya membaca dan melestarikan budaya membaca bagi wartawan.
Terbitnya Tabloid Otomotif MONTORKU sejak 6 September 2004, mengudaranya Radio Pak Oles FM sejak 2004 dan Radio Hexon FM sejak 2005 membuktikan keseriusan Pak Oles membangun media. Pak Oles sekali lagi menegaskan, hanya orang serius dan memiliki visi yang kuat bisa mengelola media secara konsisten.
Pasar yang tercipta karena ada kebutuhan masyarakat. Suatu ilmu yang bermanfaat akan bisa dinikmati masyarakat. Dengan teknologi, ilmu bisa diubah jadi produk yang siap digunakan masyarakat. Gabungan antara teknologi dengan menejemen terciptalah industri, —suatu usaha untuk membuat produk dalam jumlah besar demi memenuhi kebutuhan pasar. Industri tidak akan mungkin produksi massal jika tidak tercipta pasar. Salah satu fungsi informasi adalah untuk menciptakan pasar. Suatu industri harus ditunjang informasi yang kuat, terarah dan kontinyu. Jika tidak, industri tersebut hidupnya bisa megap-megap.
Kebanyakan pengusaha industri melihat informasi sebagai cost center (pusat biaya), dan bukan sebagai pusat investasi. Seorang petani hendaknya melihat biaya pemupukan dan perawatan tanaman sebagai investasi, bukan sebagai pusat biaya untuk mendapatkan hasil panen yang baik. Demikian juga informasi dalam dunia industri harus tetap dilihat sebagai pusat investasi agar tujuan industri untuk memenuhi kebutuhan pasar bisa tercapai. Karena informasi merupakan faktor mutlak dalam mengembangkan industri, maka divisi informasi
Masyarakat perlu diberdayakan pengetahuan dan pemahaman tentang jamu, madu dan obat tradisional. Pengetahuan merupakan interaksi ilmu antara teori, praktek dan kenyataan di lapangan. Masyarakat mencerna informasi sesuai pemahaman dan selanjutnya memutuskan sendiri sesuai kebutuhan untuk menggunakan atau menolak suatu produk yang dipasarkan.
Interaksi informasi terus terjadi di antara masyarakat peneliti, praktisi, pemasok, produsen dan konsumen, sehingga pengetahuan masyarakat tentang suatu produk lebih memadai. Meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya obat tradisional untuk menjaga kesehatan akan meningkatkan pertumbuhan industri obat tradisional secara keseluruhan. Persaingan industri obat tradisional akan semakin ketat. Penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 220 juta jiwa merupakan target pasar produsen obat tradisional dari berbagai Negara, dan mau tidak mau masyarakat Indonesia harus siap memasuki terbukanya pintu perdagangan bebas AFTA tahun 2010.
Kekuatan produsen obat tradisional dari manca negara yang digiring dengan informasi profesional siap membutakan mata dan pikiran konsumen bangsa kita, yang akhirnya bisa meruntuhkan industri obat tradisional di dalam negeri. Lalu, kita berlabuh dalam dua pertanyaan yang harus bisa ditentukan jawaban. Akankah kita menjadi orang asing di negara sendiri karena ketidak-mampuan untuk menghargai produk sendiri? Atau, tidakkah kita bisa menjadi tuan di negara sendiri dan menjadi tamu terhormat di negara orang lain? Bagi Pak Oles, alternatif kedua yang menjadi pilihan yang pasti, jelas dan tegas. “Kita harus bisa menjadi tuan obat tradisional di negara kita sendiri dan menjadi tamu terhormat karena obat tradisional di negara orang lain”.
Keterangan foto: Pak Oles Center (POC) terus menerbitkan buku yang telah menjadi agenda tahunan. Peluncuran buku yang diedit Albert Kin Ose kian meramaikan dunia buku Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar