
Sejarah pertumbuhan media
Benarkah media yang tidak tergantung pada iklan bisa hidup? Tidak semua media mengandalkan iklan sebagai sumber pendapatan utama.
Meski begitu, isi setiap media

- Membaca Tren Koran Gratis
Selama ini Koran Pak Oles dan Montorku menancapkan garis edar berita mingguan secara gratis kepada pembaca. Tren media gratis ini sebenarnya sudah menjadi trend industri media
Dalam kurun 10 tahun terakhir, industri
Harian pagi gratis Metro di London, misalnya, kini sudah menyebar ke beberapa kota lain di luar Manchester dan setiap harinya mencapai oplah sekitar 1,9 juta, lebih tinggi dari koran-koran ternama Inggris seperti The Times atau The Guardian, yang masih harus dibeli.
Kalau koran Metro diletakkan di rak-rak kereta api atau bis agar orang tinggal mengambil sendiri. Sedangkan dua Koran gratis lainnya yaitu The Londonpaper dan London Lite secara aktif ditawarkan kepada orang yang lalu lalang saat jam pulang kantor di Kota
Meski didistribusikan gratis, tapi sasaran sama yakni meraih konsumen/pelanggan sebanyak-banyaknya. Artinya koran tetap gratis tapi keuntungan mengalir. Dan memang begitulah tren di beberapa tempat dunia.
Di Kopenhagen, ibukota
- Strategi Liputan Koran Gratis Agar Tetap Dibaca Pembaca
Banyaknya majalah dan tabloid di pasaran menjadi persoalan bagi pengelola media cetak. Di samping persaingan yang ketat antara sesama majalah dan tabloid di segmen dan positioning yang sama, kehadiran majalah gratis juga menambah runcingnya persaingan memperebutkan pembaca dan pengiklan. Jumlah majalah dan tabloid yang bertambah tiap tahun tidak sebanding dengan perolehan kue iklannya. Nielsen Media Research mencatat, majalah dan tabloid memperoleh sekitar empat persen kue iklan nasional.
Sementara kehadiran internet dan media digital sebagai media informasi dan berita juga menambah beban persaingan media cetak ini. Bila teknologi internet mampu menembus seluruh pelosok Nusantara, bisa dipastikan menggerus jumlah pembaca majalah dan tabloid. Internet dan media digital akan menjadi alternatif pengiklan sebagai sarana promosi merek mereka.
Dari sejumlah fenomena global yang berkembang di industri suratkabar tersebut, fenomena koran gratis rupanya belum menjadi tren yang berkembang di Indonesia. Ini sangat beralasan jika mayoritas pasar pembaca
Saat ini terjadi ‘perang tanding’ antara koran-koran nasional dan koran lokal/daerah. Koran-koran nasional kini mengusung muatan lokal. Tengoklah Kompas, Koran Tempo, Republika maupun Seputar Indonesia (Sindo), yang setiap pekan mengeluarkan halaman khusus berita-berita seputar Jawa Barat atau Jawa Timur. Para pengelola
Lalu apa langkah-langkah strategis yang dibangun oleh SDM yang berkecimpung di Media Pak Oles Group. Meski media gratis tapi tidak dibuang ke tong sampah. Tulisan bisa dibaca kapan saja dan tidak dirasa basi oleh pembaca. Reaksi pembaca adalah tolok ukur mutu liputan dan tampilan. Karena itu wartawan KPO didorong dan dilatih membangun
3. Gratis Tapi Untung, Tanya Kenapa?
Efisiensi untuk menjangkau khalayak luas, itulah jalur yang ditempuh. Meski tidak bergantung total pada kue iklan lokal apalagi iklan yang konon dianggap nasional, KPO tetap menyadari besarnya pengaruh khalayak terhadap kandungan rubrikasi dan isi media. Demi menjangkau khalayak yang sebanyak-banyaknya, media akan sedapat mungkin menyesuaikan diri pada selera, kepentingan dan atau nilai-nilai mayoritas. Itulah aspek dinamika KPO sebagai lembaga pers yang tetap mengusung ideologisasi pers dan industrialisasi pers.
Pernyataan riil soal siapa pembaca KPO sudah bisa dijawab lugas dan tuntas. Ya, tentu mayoritas konsumen Ramuan Pak Oles. Liputan yang besar pada sebuah
Dengan kekuatan media, sebuah produk atau aneka program bisa diukur atau direkam efektivitas dan efisiensinya bagi internal perusahaan dan gemanya bagi publik. Jika efektifitas dan efisiensi sebuah proses produksi atau kegiatan sebuah perusahaan ada parameternya, tentu memudahkan pimpinan perusahaan dalam menentukan sebuah patokan kebijakan yang harus dituju dan tentu diraih. Sebenarnya sudah banyak perusahaan yang tahu atau peduli dengan kekuatan media ini. Namun, biasanya enggan membangun media sendiri. Mereka melimpahkan pekerjaan yang bisa dan seharusnya dilakukan oleh tim internal ke agency periklanan atau perusahaan riset. Akibatnya terjadilah pembengkakan biaya, informasi yang ditangkap publik bisa bias, kabur dan visi akbar yang diusung untuk kesejahteraan bersama akhirnya mendekam di deretan halaman AD/RT perusahaan.
Ket: Perekrutan wartawan pemula disertai dengan pendidikan jurnalistik yang diberikan oleh para wartawan senior. Penyegaran materi jurnalistik rutin digelar di POC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar